Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Dari 3 Jenis Pola Asuh Ini, Mana yang Menjadi Pola Asuh Terbaik?

Seperti apa sih pola asuh terbaik? Nggak semua orang tua menerapkan pola asuh yang sama. Bahkan sejak awal aku malah ngga tau ada berapa jenis pola asuh yang bisa diterapkan ke dalam proses pengasuhan anak-anak.

Biasanya sih orang tua menerapkan pola asuh berdasarkan pola asuh yang diterima semasa kecilnya. Ada yang menerapkan pola asuh yang sama, ada juga yang menerapkan pola asuh yang berbeda karena merasa pola asuh yang didapatkan dulu nggak punya efek yang baik dalam hidupnya.

Tapi setelah jadi orang tua, satu yang aku pahami bahwa ternyata menjadi orang tua bukan hal yang mudah. Sedikit banyak sepertinya aku mengerti apa yang orangtua aku lakukan dulu dan segala macam kesalahan-kesalahan dalam proses parenting yang aku terima.

Kalo dulu sebagai anak aku sering merasa orangtuaku pilih kasih, sekarang setelah jadi orang tua, aku merasa: "Oh ternyata dulu maksudnya bukan pilih kasih yaaa.."

Semua karena orang tua aku juga belum paham tentang pola pengasuhan yang tepat. Maklumlah, generasi boomers ngga semudah generasi milenial dalam mendapatkan informasi kan?

Nah sekarang, sebagai milenial parents yang super duper mudah mendapatkan informasi, aku mau sharing tentang 3 pola pengasuhan yang bisa kita adopsi dalam proses pengasuhan anak-anak. Simak selengkapnya di bawah ini~

3 jenis pola asuh anak

3 Jenis Pola Asuh Anak

Diana Blumberg Baumrind, psikolog klinis dan ahli perkembangan yang terkenal berkat penelitiannya mengenai gaya pengasuhan mengkategorikan 3 jenis pola asuh orang tua:

1. Pola Asuh Otoriter

Apa itu pola asuh otoriter

Pola asuh otoriter merupakan pendekatan dalam mendidik anak yang didasarkan pada kepemimpinan yang dominan. Orang tua yang menerapkan pola asuh ini cenderung menentukan semua kebijakan, langkah, dan tugas yang harus dilakukan oleh anak.

Mereka seringkali bersikap keras, diskriminatif, dan memaksa anak untuk patuh tanpa memberikan kepercayaan atau penghargaan atas prestasi yang mereka capai. 

Baumrind menjelaskan bahwa pola asuh otoriter ini ditandai oleh hubungan yang kurang hangat antara orang tua dan anak. Selain itu, pola asuh ini juga cenderung menggunakan hukuman sebagai metode utama dalam mendisiplinkan anak.

Pola asuh otoriter juga cenderung membatasi ekspresi kasih sayang, sentuhan, dan kedekatan emosional antara orang tua dan anak. Hal ini dapat menciptakan sebuah dinding pembatas yang memisahkan peran "si otoriter" (orang tua) dan "si patuh" (anak). 

Studi menunjukkan bahwa pola asuh otoriter dapat berdampak negatif pada kualitas karakter anak, dengan anak-anak yang tinggal dengan orang tua otoriter cenderung memiliki kurangnya tanggung jawab dan mengalami tekanan yang lebih besar. 

Kesimpulannya, pola asuh ini juga berpotensi mempengaruhi tingkat depresi pada anak-anak, dibandingkan dengan anak-anak yang diasuh oleh orang tua yang lebih permisif.

2. Pola Asuh Demokratis

apa itu pola asuh demokratis

Berbeda dengan pola asuh otoriter, pola asuh demokratis mengakui kemampuan anak dan memberikan mereka kesempatan untuk mandiri. Anak diberi kebebasan untuk memilih dan didengarkan pendapatnya, serta dilibatkan dalam pembicaraan yang berkaitan dengan kehidupannya sendiri.

Dalam pola asuh ini, anak diberi kesempatan untuk mengembangkan kontrol internalnya dan bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri. Terdengar jauh lebih baik nggak sih kalo dibandingkan dengan pola asuh otoriter?

3. Pola Asuh Permisif

Orang tua dengan pola asuh permisif cenderung memprioritaskan kenyamanan anak, sehingga mereka bersikap lebih seperti teman daripada figur orang tua yang tegas. Anak-anak yang dibesarkan dengan pola asuh ini jarang mendapatkan aturan yang ketat atau hukuman yang tegas.

Namun, di sisi lain, orang tua yang menggunakan pola asuh permisif sering kali terlalu lemah terhadap keinginan anak. Mereka kesulitan mengatakan "tidak" dan cenderung memanjakan anak-anaknya.

Akibat dari pola asuh permisif ini, anak-anak tersebut seringkali tidak memahami batasan yang jelas dan menunjukkan beberapa sifat negatif ketika dewasa, seperti impulsif, kurang mandiri, kurangnya kontrol diri, kecenderungan egois, dan kesulitan dalam mengikuti aturan. Selain itu, anak anak juga berisiko lebih besar mengalami masalah dalam hubungan dan interaksi sosial.

Eh iya, selain 3 jenis pola asuh di atas, masih ada 1 jenis pola asuh lagi nih.

Pola Asuh Neglectful

Karakteristik pola asuh neglectful mencakup kurangnya pembatasan yang jelas terhadap anak, kurangnya perhatian terhadap kebutuhan anak, dan ketidaklaziman untuk terlibat dalam kehidupan anak. Dengan kata lain, gaya pengasuhan ini ditandai dengan perilaku orang tua yang bersikap acuh terhadap anak.

Ada beberapa faktor yang dapat mendorong orang tua untuk menerapkan pola asuh ini, seperti masalah kesehatan mental, pengalaman trauma masa lalu, atau pola asuh yang sama di masa kecil. 

Fakta sedihnya, ternyata penerapan pola asuh ini bisa disebabkan oleh depresi, pengalaman pelecehan atau kekerasan, atau pengabaian semasa anak-anak, yang kemudian tercermin dalam pola asuh mereka terhadap anak.

Beberapa dampak dari pola asuh ini terhadap perkembangan anak meliputi rendahnya tingkat percaya diri, kesulitan dalam mengatur emosi, risiko terkena gangguan mental, perasaan rendah diri, kecenderungan perilaku impulsif, dan kurangnya kebahagiaan yang terlihat.

Bagaimana Menerapkan Pola Pengasuhan Positif?

Setelah membaca dengan seksama 3 jenis pola asuh di atas, menurut mama-mama semua, pola asuh mana nih yang terbaik?

Ada pola asuh otoriter yang terlalu mengekang, ada pola asuh demokratif yang sedang-sedang aja, dan terahir ada pola asuh permisif yang justru terlalu membebaskan?

Yang perlu diingat, melalui pola asuh orang tua, anak memperoleh banyak pembelajaran, termasuk pembentukan karakter. Perbedaan dampak yang signifikan terlihat antara pola asuh otoriter yang menekankan ketaatan pada orang tua, pola asuh permisif yang memberikan kebebasan tanpa batas, dan pola asuh demokratis yang mendorong keterbukaan dan kemandirian.

Jadi, jangan sampai salah memilih pola asuh ya Mams, karena jenis pola asuh ini akan memengaruhi hasil pendidikan karakter anak. Penting banget untuk diingat bahwa penerapan pola asuh oleh orang tua akan berperan penting dalam membentuk karakter anak dalam lingkungan keluarga.

Mendidik anak memang bukan hal mudah. Kebetulan, emang nggak ada sekolah orang tua, jadi kita semua sepertinya memulai dengan start yang sama nih dalam hal parenting anak pertama.

Tapi, aku yakin dalam hati setiap orang tua pasti menginginkan yang terbaik untuk anaknya yaaaa. Tetap semangat ya mama-mama semua <3

Posting Komentar untuk "Dari 3 Jenis Pola Asuh Ini, Mana yang Menjadi Pola Asuh Terbaik?"