Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Kisah Vira Ria Rinjani, Melawan Jijik Mengurai Sampah Berteman dengan Maggot BSF untuk Lingkungan

Apa yang terpikirkan saat mendengar kata belatung? Langsung terbayang hewan kecil menggeliat yang menjijikkan ngga sih?

Walaupun menjijikkan, ternyata belatung memiliki manfaat dan peran penting dalam proses daur ulang sampah pada lingkungan.

Salah satu belatung atau yang kini lebih dikenal dengan sebutan maggot, yang memiliki peran besar dalam menguraikan sampah organik adalah maggot BSF.

Udah pernah denger tentang maggot BSF belum?

Apa itu Maggot BSF?

Maggot BSF atau Black Soldier Fly adalah larva dari lalat tentara hitam yang memiliki peran penting dalam ekosistem dan berbagai kegunaan untuk keberlanjutan lingkungan.

Pemanfaatan maggot BSF kini semakin berkembang seiring meningkatnya kesadaran akan pentingnya menjaga keseimbangan ekosistem dan mengurangi limbah organik.

Manfaat Maggot BSF Bagi Lingkungan

1. Pengelolaan Limbah Organik yang Efektif

Maggot BSF dikenal memiliki kemampuan luar biasa dalam mengolah limbah organik. Larva ini dapat mengonsumsi berbagai jenis sampah organik seperti sisa makanan, limbah dapur, dan limbah pertanian. 

Proses ini tidak hanya mengurangi jumlah sampah yang harus dibuang ke tempat pembuangan akhir, tetapi juga membantu mengurangi emisi gas metana yang berbahaya bagi lingkungan.

2. Meningkatkan Kualitas Pupuk Organik

Produk sampingan dari budidaya maggot BSF adalah frass, yaitu kotoran larva yang dapat dimanfaatkan sebagai pupuk organik berkualitas tinggi.

Frass mengandung nutrisi penting seperti nitrogen, fosfor, dan kalium yang bermanfaat untuk kesuburan tanah. Pupuk organik ini membantu meningkatkan hasil pertanian secara berkelanjutan tanpa merusak keseimbangan ekosistem tanah.

3. Solusi Ramah Lingkungan untuk Mengurangi Penggunaan Pestisida

Maggot BSF juga memiliki manfaat dalam mengurangi penggunaan pestisida kimia. Penggunaan pupuk frass dapat membantu meningkatkan daya tahan tanaman terhadap hama secara alami.

Nutrisi yang terkandung dalam frass dapat membantu tanaman menjadi lebih sehat dan kuat, sehingga lebih tahan terhadap serangan hama dan penyakit.

4. Mengurangi Ketergantungan pada Bahan Pakan Ikan Konvensional

Dalam budidaya perikanan, penggunaan pakan ikan konvensional berbasis tepung ikan dapat menyebabkan eksploitasi berlebihan terhadap sumber daya laut.

Maggot BSF menjadi alternatif yang lebih berkelanjutan dan ekonomis. Kandungan gizi maggot BSF yang lengkap menjadikannya pilihan ideal untuk memenuhi kebutuhan protein ikan.

5. Mengurangi Emisi Gas Rumah Kaca

Salah satu tantangan dalam pengelolaan sampah organik adalah emisi gas rumah kaca seperti metana dan karbon dioksida. Maggot BSF membantu mengurangi emisi ini dengan mempercepat proses dekomposisi sampah organik.

Hasilnya, emisi gas yang dihasilkan menjadi lebih sedikit dibandingkan jika sampah organik dibiarkan membusuk di tempat pembuangan akhir.

Kisah Inspiratif tentang Pengelolaan Sampah menggunakan Maggot BSF dari Vira Ria Rinjani

Pernah nggak sih melihat tumpukan sayur kering, basi, basah dan busuk di pasar tradisional? Gimana perasaan kamu saat melihatnya? Terasa menjijikkan dan ingin segera menghindarinya bukan?

Perasaan jijik tersebut juga dialami oleh Vira, penerima Apresiasi SATU Indonesia Awards dari PT Astra Internasional tahun 2021 dalam bidang lingkungan. Namun, alih-alih menghindarinya, tumpukan sampah yang menjijikan tersebut justru menginspirasinya untuk melakukan SESUATU untuk lingkungannya.

Semua berawal dari daerah tempat tinggal Vira..

Banyak orang yang pergi kepasar, namun nggak semua orang bisa langsung berpikir tentang pengelolaan sampah seperti Vira.

Kenapa begitu?

Vira Ria Rinjiani tinggal di daerah Rejang Lebong, Bengkulu, dimana daerah tersebut didominasi oleh perkebunan buat, sayuran hingga kopi. Desa Teladan yang menjadi tempat tinggal Vira ini juga dikenal sebagai salah satu daerah dataran tinggi yang menjadi penyuplai terbesar sayur mayur di pasar bengkulu.

Bayangkan berapa banyak hasil panen sayur dan buah yang bisa dipanen dalam sekali masa panen.

Sayangnya, hasil panen tersebut juga menyisakan sampah organik yang sangat banyak. Vira bahkan pernah melewati tumpukan sampah sayur dan buah setinggi lutut orang dewasa.

Tumpukan sampah tersebut tidak hanya meninmbulkan bau tidak sedap, tapi juga bisa menimbulkan penyakit bagi warga sekitarnya.

Oleh karena itu, Vira tergugah untuk mencari jalan keluar dalam pengelolaan sampah sisa panen di daerahnya.


Dengan dukungan dari Yayasan Rafflesia Nusantara, ia memulai proyek Maggot Recycle Center di bawah payung Rumah Pemuda Kreatif.

Proyek ini bertujuan tidak hanya untuk membersihkan lingkungan dari limbah organik, tetapi juga untuk memanfaatkan sampah tersebut sebagai pakan maggot.


Maggot, atau larva dari lalat Black Soldier Fly (BSF), memiliki kemampuan luar biasa dalam mengurai sampah organik.

Vira mengolah limbah sayur menjadi bubur sampah yang kemudian difermentasi selama 3-7 hari sebelum diberikan sebagai pakan maggot.

Proses ini, meskipun efektif, seringkali menimbulkan bau yang tidak sedap, sehingga pada awalnya mendapatkan penolakan dari masyarakat sekitar.

Tantangan dan Perjuangan Memulai Proyek Maggot Recycle Center di Kepahiang

Kepahiang yang berada di perbatasan Rejang Lebong yang memiliki kondisi geografis mendukung. Daerah ini cocok untuk perkembangan maggot, karena memiliki tanah subur dengan udara sejuk.

Meskipun proyek ini menawarkan solusi efektif untuk masalah sampah organik, Vira harus menghadapi tantangan besar dalam meyakinkan masyarakat setempat akan manfaat budidaya maggot.

Sosialisasi yang intensif dan kegigihannya dalam menghadapi berbagai penolakan menjadi kunci keberhasilannya.

Lambat laun, upayanya membuahkan hasil; pemuda setempat dan ibu-ibu mulai memahami potensi maggot sebagai solusi untuk sampah organik.

Manfaat Budidaya Maggot bagi Lingkungan dan Ekonomi

Budidaya maggot yang digagas Vira membawa dampak positif yang signifikan. Dalam waktu 24 jam, puluhan ribu maggot mampu menghabiskan sekitar 1 kg sampah organik.

Dengan skala yang lebih besar, proyek ini dapat mengurai hingga 2 ton sampah organik dalam waktu 2-3 minggu. Hasilnya, sampah organik yang tadinya mengotori lingkungan kini dapat dimanfaatkan secara maksimal.

Selain itu, Maggot Recycle Center milik Vira memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat. Pemuda-pemuda yang sebelumnya putus sekolah kini memiliki kegiatan produktif, berkontribusi pada proyek ini, dan mendapatkan penghasilan.

Vira juga menunjukkan bahwa budidaya maggot bisa menjadi peluang usaha yang menguntungkan, sekaligus membantu menciptakan lingkungan yang lebih bersih dan sehat.

Apresiasi SATU Indonesia Awards 2021 untuk Vira Ria Rinjani


Kegigihan Vira akhirnya membuahkan hasil yang diakui secara luas. Maggot recycle center yang digagah olehnya berhasil mendapatkan apresiasi dalam bentuk SATU Indonesia Award 2021 di bidang lingkungan dari PT Astra Internasional Tbk.

Penghargaan ini menunjukkan bahwa inovasi dan dedikasi Vira dalam mengatasi masalah sampah organik tidak hanya diakui oleh masyarakat setempat, tetapi juga oleh organisasi nasional.

Namun, Vira tidak berhenti sampai di situ. Ia terus berupaya mengembangkan proyeknya agar memberikan dampak yang lebih besar, baik dalam skala lokal maupun nasional.

Vira berharap langkahnya ini bisa menginspirasi generasi muda lainnya untuk berinovasi dan memberikan manfaat bagi masyarakat luas.

Kisah Vira mengajarkan bahwa inovasi dapat lahir dari keprihatinan terhadap lingkungan sekitar. Dengan tekad dan kerja keras, sebuah ide sederhana bisa berkembang menjadi solusi yang berdampak luas.

Vira berharap apa yang telah ia rintis dapat memotivasi pemuda-pemuda lain di Indonesia untuk ikut serta dalam menjaga kelestarian lingkungan melalui cara-cara kreatif dan berkelanjutan.

Semoga semakin banyak pemuda pemudi yang terinspirasi dan mulai melakukan sesuatu yang berdampak nyata untuk lingkungan seperti Vira, ya!

Posting Komentar untuk "Kisah Vira Ria Rinjani, Melawan Jijik Mengurai Sampah Berteman dengan Maggot BSF untuk Lingkungan"