Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Catatan Kecil Ditengah Pandemi Virus COVID-19


COVID-19 merubah segalanya. Sejak awal kemunculan virus ini di Wuhan, kecemasan mendalam sudah menghinggapi pikiran. Sosial media Twitter saat itu, yang paling update mengenai virus ini. Beberapa Twitter user selalu mengumpulkan update serta video terbaru perkembangan kota Wuhan, kota pertama di Cina yang dijangkiti virus ini. 

Januari 2020


(Baca juga: 2020)

Video pertama yang waktu itu aku lihat adalah, sebuah video di bulan Januari 2020. Video seorang berpakaian menyerupai astronot / hazmat suit lengkap dengan membawa termometer tembak di dalam pesawat. Video yang lebih menyerupai potongan adegan film tentang infeksi sebuah virus mematikan. Tapi ini bukan potongan film, ini adalah kejadian di dunia nyata. Orang yang berpakaian hazmat suit itu terlihat mengecek suhu tubuh para penumpang dengan tubuh yang dibalut hazmat suit lengkap. 

Kenapa? Ada apa? Seberapa parahkan virus ini hingga petugas tersebut harus berbalut hazmat suit lengkap yang hanya pernah aku lihat di film-film tentang bocornya radiasi nuklir atau potongan film saat awal munculnya virus zombie.

Tapi perbedaan jarak yang cukup jauh dari Cina dan Indonesia membuat hati cukup tenang. Belum lagi permasalahan banjir besar di awal tahun ini yang membuat kita lebih memikirkan masalah yang sudah pasti ada di depan mata, dibanding masalah yang ada di negara yang berbeda.

Saat itu, kita benar-benar belum tau apa yang kemudian akan kita hadapi dalam waktu 2 bulan setelahnya.

Terlalu banyak cobaan di tahun 2020 ini.. Akibat banjir besar yang melumpuhkan Jakarta, kantor tutup dan sekolah yang terdampak banjirpun diliburkan. Akhir Januari tersebut masalah banjir usai. Hati sebagian besar warga Jakarta cukup lega.

Sementara itu virus mematikan di Cina yang di awal kita ketahui sebagai Wuhan Corona Virus, semakin merajalela. Di twitter semakin banyak beredar video-video rumah sakit Wuhan yang kewalahan menerima pasien yang membludak.

Video-video menunjukan para korban tiba-tiba bisa collapse dimana saja. Di jalan dan di rumah sakit. Nggak ada yang berani mendekati orang yang pingsan mendadak tersebut tanpa hazmat suite yang lengkap.

Semuanya semakin memburuk dengan cepat. Hingga akhirnya pemerintah Cina memutuskan untuk me-lockdown Wuhan. Seperti sebuah adegan film, dimana kota yang terjangkit virus mematikan harus dikarantina. Tidak ada orang yang bisa keluar dari kota tersebut. Jalanan diblokir dan dijaga ketat petugas keamanan. Mobil-mobil antri, di jalan keluar. Namun tidak ada yang bisa keluar sama sekali dari batas kota itu. 

Horor. Cuma itu satu kata yang terpikirkan setiap melihat perkembangan terbaru kota Wuhan. Situasi semakin tak terkandali, video-video menunjukkan para dokter dan perawat sangat aman kewalahan menghadapi ratusan bahkan ribuan pasien. Para pasien terlihat marah karena tak kunjung mendapatkan penanganan. Rumah sakit kekurangan tenaga medis. 

Beberapa video menunjukkan orang-orang di Wuhan justru sengaja menularkan virus tersebut dengan cara meludahi petugas kesehatan atau meludahi barang-barang di tempat umum.

Penelitian terbaru saat itu mengatakan, jika virus ini bisa menular lewat selaput mata. Seolah virus ini begitu tangguh ingin menginfeksi semua manusia saat itu. Bahkan virus ini bisa bertahan 24 jam di benda-benda besi dan plastik.

Video itu merupakan sebuah kengerian yang nyata.

Februari 2020


Indonesia mulai menaruh perhatian lebih dalam lagi terhadap virus ini saat para mahasiswa dari Wuhan di evakuasi ke Indonesia dan dikarantina di Pulau Natuna selama 14 hari sebelum kembali ke keluarga masing-masing. Saat itu belum ada 1 pun kasus virus korona ini di Indonesia. 

Saat itu Indonesia masih sangat amat normal. Jakarta masih sangat sibuk, kantor dan sekolah berjalan seperti biasa, kemacetan masih menjadi penghias jalanan ibukota.

Hingga kemudian virus ini ditemukan telah menyebar ke berbagai negara. Setiap negara mengumumkan pasien pertama yang telah terjangkit virus yang kemudian diberi nama COVID-19 (Corona Virus Disease 2019) ini. Negara tetangga kita pun, Malaysia dan Singapura sudah mengumukan pasien positif pertamanya.

Indonesia saat itu masih digadang-gadang menjadi negara sakti tanpa pasien positif satu pun. Masih ingatkah kalian betapa bahagia dan positifnya pikiran kita semua saat itu? :')

Hingga akhirnya di pertengahan Februari diumumkan WNI pertama di Singapura yang terinfeksi virus ini. WNI tersebut adalah seorang TKW di sebuah rumah di Singapura. Beliau tertular oleh majikannya yang terlebih dahulu tertular virus ini.

WHO bahkan sempat menyatakan menudiang Indonesia tidak memiliki alat tes COVID-19 yang memadai,  karena Indonesia masih menyatakan belum ada satupun warga negaranya yang positif COVID-19.

Kecemasan mulai sedikit memasuki celah pikiran. Benarkah seperti itu? 

Di tengah pandemi virus yang sudah mulai mendunia ini, pemerintah kita masih dengan semangatnya mempromosikan pariwisata. Merekomendasikan orang-orang untuk liburan domestik, harga tiket pesawat pun ikut jatuh saat itu.

Berbagai rumor tentang kehadiran virus ini sudah menyebar. Bali bahkan digadang-gadang sudah memiliki pasien WNA yang positif COVID-19. WNA yang katanya merupakan super spreader sempat mampir di Indonesia dalam perjalanannya.

Seolah olah pertanyaan "Apakah virus ini sesungguhnya sudah ada di sekitar kita?" selalu muncul di kepala. Namun segera kita sanggah sendiri dengan "Nggak mungkin. Nggak akan. Indonesia kuat."

Maret 2020


Akhirnya, semua mimpi buruk masyarakat indonesia menjadi kenyataan di awal bulan ini.

Pemerintah mengumumkan pasien positif pertama di Indonesia. 1 keluarga yang terdiri dari 3 orang, tertular dari salah seorang anggota keluarganya yang sempat berkontak langsung dengan seorang WNA yang dinyatakan positif terinfeksi setelah kembali dari perjalana luar negeri, salah satunya ke Indonesia.

Pengumuman presiden saat itu serasa mimpi buruk. 

Sekolah-sekolah langsung mengumumkan langkah-langkah pencegahan virus ini di sekolah. Aku menjadi salah satu orangtua yang ikut panik karena mendadak diperintahkan untuk mencari hand sanitizer untuk anak-anak bawa ke sekolah. Semua apotik penuh dengan orang, masker dan sanitizer menjadi langka. Jika ada, harganya pun naik berkali-kali lipat. 

Sekolah menghapuskan tradisi bersalaman dan cium tangan di sekolah. Gerakan cuci tangan lebih digalakkan lagi.

Masyarakat mulai panik, namun semua berusaha untuk tetap beraktivitas normal seperti biasa.

Tapi semakin hari angka penderita positif semakin bertambah. Bangun pagi di masa-masa itu serasa mimpi buruk, "Bertambah berapakah jumlah pasien positif hari ini?"

Angka-angka bertambah banyak dengan cepat. Jakarta menjadi daerah pertama dengan jumlah pasien terbanyak.

Hingga akhirnya 16 maret 2020, Gubernur menutup tempat wisata dan sekolah-sekolah hingga 2 minggu setelahnya. Dan menyerukan kegiatan #DiRumahAja.

Belajar di sekolah diganti menjadi belajar di rumah. Sesuatu yang sangat baru dan berbeda. Setiap hari setiap guru mengirimkan tugas untuk dikerjakan anak-anak. Orangtua menjadi pengganti guru di rumah. Repot memang, namun itu lebih baik daripada melepaskan anak-anak kesekolah dengan hati yang was-was.

Pada waktu yang sama kantor-kantor diminta untuk menerapkan bekerja dari rumah.

Belajar dari rumah, bekerja dari rumah dan beribadah dari rumah.

Sholat jum'at di masjid-masjid mulai ditiadakan. Jalanan Jakarta menjadi sangat sangat sepi. Seolah libur lebaran tiba 2 bulan lebih awal. Tidak ada lagi pagi yang bising setiap weedkay, tidak ada lagi kemacetan di Jakarta. 

Semua orang mulai memakai masker keluar rumah, beberapa orang sudah menggunakan sarung tangan saat beraktifitas di luar rumah. Tidak ada lagi tawa anak-anak kecil yang biasa memenuhi taman di sore hari. Banyak sekali pesta pernikahan yang dibatalkan. Tidak ada lagi event blogger offline yang diselenggarakan.

Jakarta menjadi sangat sepi.

Sementara itu angka pasien positif COVID-19 semakin banyak. Angka kematian meningkat. Beberapa rumah sakit sudah mulai kewalahan. Beberapa tenaga kesehatan yang bertugas di garda terdepan mengeluhkan kurangnya APD dan masker medis. 

Di akhir maret, Pemerintah mencoba bertindak lebih cepat, dengan mengubah beberapa tempat menjadi RS khusus penanganan COVID-19.

Indonesia ternyata belum siap menghadapi virus ini.

April 2020


Angka positif terus meningkat. Kebijakan home learning dan WFH yang semula hanya berlangsung 14 hari, kembali diperpanjang untuk 14 hari setelahnya. Pemerintah mewajibkan semua warga yang beraktifitas keluar rumah menggunakan masker kain. 

Saat itu, Jakarta sudah bukan lagi Jakarta yang biasanya.

10 April, alih-alih melockdown Indonesia, pemerintah memutuskan untuk menerapkan Pembatasan Nasional Berskala Besar (PSBB). Jam beroperasi berbagai transportasi umum dikurangi. 

Berbagai lapisan masyarakat sudah mengeluhkan pendapatan yang berkurang. Banyak pegawai yang dirumahkan tanpa digaji. Atau bahkan di-PHK tanpa pesangon. Yang tetap bekerja namun dipotong gajinya, sudah merasa sangat sangat bersyukur sekali.

Kengerian kita akan virus ini kemudian berubah menjadi kesedihan.

Tapi bukan hanya Indonesia saja yang menderita karena virus ini. Seluruh dunia juga tengah menjalani karantina dan lockdown untuk menurunkan angka positif mereka. Perekonomian dunia juga menjadi lebih lesu.

Akhir April, seluruh umat muslim di Indonesia dihadapkan dengan kenyataan pahit. Solat tarawih ditiadakan. 

Waktu untuk home learning dan WFH kembali diperpanjang.

1 bulan lebih kita semua mengurung diri di rumah, tanpa tahu kapan pandemi ini akan usai.

Akhir April, pemerintah resmi memberlakukan larangan mudik. Walaupun entah sudah berapa banyak masyarakat yang telah mudik terlebih dahulu ke kampung halaman jauh sebelum itu. Semoga semua faskes di daerah-daerah sudah siap menghadapi para pemudik.

Mei 2020

Saat ini angka pasien positif di Indonesia sudah mencapai 10.000 orang. Di negara lain, bahkan sudah mencapai angka ratusan ribu.
COVID-19 sudah mengurangi 200.000 lebih penduduk bumi. 1 juta orang telah terinfeksi.

Peneliti mengatakan pandemi ini akan berakhir di Indonesia pada bulan Juni nanti. Merayakan Idul fitri tanpa solat idul fitri, seperti apa rasanya ya? :'(

Menjalani hari esok dengan kabut abu abu di depan kita.. Kita semua nggak akan pernah tau tentang apa yang akan terjadi esok.

Tetap jaga kesehatan selalu ya teman-teman semua. Karena kesehatan adalah hal yang sangat berharga di tengah pandemi ini. Di saat saat seperti ini, rasanya pasti langsung panik sekali ya kalo ada anggota keluarga yang mendadak demam. Ke rumah sakit juga menjadi hal yang menakutkan. Semua jadwal ke dokter gigi ataupun periksa kandungan pun juga harus di cancel untuk menghindari cross infection.

Untuk yang ingin berkonsultasi dengan dokter tanpa harus ke rumah sakit, bisa juga dilakukan via aplikasi Halodoc. Halodoc menyediakan fitur-fitur yang menyediakan layanan medis. Seperti konsultasi langsung ke dokter via chat, panggilan suara atau panggilan video dalam 24 jam. Jadi jika ada yang terasa urgent, namun takut untuk langsung pergi ke rumah sakit. Langsung aja melakukan konsultasi online via Halodoc, ya!

Apakah doa kita semua masih sama? Semoga virus ini cepat ditemukan obatnya. Semoga pandemi ini cepat usai, dan semoga semua keadaan bisa kembali normal seperti biasanya. Aamiin.

Tetap semangat dan tetap sehat ya teman-teman semuanyaaaaa~ Kita pasti bisa kuat melewati semua ini. Kita. Pasti. Bisa.

1 komentar untuk "Catatan Kecil Ditengah Pandemi Virus COVID-19 "

  1. Ga terasa sudah mau 2 bulan anak-anak di rumah aja. Suasana jadi rame sih tapi kadang menguji kesabaran juga

    BalasHapus