Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Mari Tanamkan Semangat Sumpah Pemuda Kepada Anak-Anak Kita



Bulan oktober kemarin tepat pada tanggal 28 Oktober, Indonesia memperingati Hari Sumpah Pemuda. Pada 28 Oktober 1928 lalu, para perwakilan pemuda pemudi seluruh indonesia bersatu, berkumpul untuk mencetuskan Sumpah Pemuda yang kemudian dijadikan dasar persatuan bangsa Indonesia hingga saat ini. Ada 3 poin di dalam Sumpah Pemuda, yaitu "Bertanah Air Satu, Tanah Air Indonesia", "Berbangsa Satu, Bangsa Indonesia", "Berbahasa Satu, Bahasa Indonesia".

Dan apa sih yang bisa mama Dian ajarkan kepada Una dan Abang, tentang persatuan Indonesia yang terkandung di dalam Sumpah Pemuda ini? Kebayang kan gimana sekarang isu SARA sudah sangat mencerai-beraikan masyarakat kita? Apalagi dengan gaya pergaulan anak-anak muda jaman sekarang, yang sepertinya sudah hilang ya nilai sopan santun yang harusnya menjadi ciri khas bangsa kita?

Sepertinya yang ditulis oleh mak Titis Ayuningsih pada artikel Peran Serta Perempuan Mengenalkan Indonesia Pada Generasi Penerusnya di Hari Sumpah Pemuda. Serta dengan semangat sumpah pemuda kemarin, mama Dian memikirkan beberapa nila-nilai Indonesia yang pastinya akan mama Dian tanamkan kepada Una dan Abang lewat beberapa hal berikut ini:

1. Mengenalkan Budaya Indonesia lewat Kebaya dan Batik

Kebayang nggak sih warna-warninya anak-anak TK dengan para baju daerahnya masihng-masing di hari Kartni? Sayangnya, di TK Una kemarin nggak turut serta merayakan hari Kartini menggunakan baju daerah Padahal mama Dian udah semangat banget mau beliin Una baju daerah yang lucu-lucu. Akhirnya tetep beliin Una baju kebaya tapi untuk dipake ke acara nikahan tantenya. Una sempet nanya juga ke aku, tentang baju kebaya yang dia pake.

"Ini baju apaan sih ma?"
"Baju kebaya kutu baru sayang.. Baju daerahnya orang Indonesia.. Ini rok batik, batik itu punyanya Indonesia juga.."
"Berarti Una anak Indonesia ya mah?"
"Iya dong sayang"

Walaupun dia sempet nggak gitu betah sama bahan kebaya yang dia pake, tapi sukses kok nggak minta ganti selama di acara pernikahan tantenya waktu itu. Misi mengenalkan budaya Indonesia lewat kebaya dan batiknya bisa dibilang sukses kan kalo gitu? ;)

2. Mengajarkan bahasa kita, bahasa Indonesia dengan baik dan benar

Mempelajari bahasa internasional memang penting ya untuk masa depan anak-anak kita? Tapi jangan lupa juga untuk mengajarkan bahasa Indonesia yang baik dan benar kepada anak-anak kita. Karena dari begitu banyaknya bahasa daerah yang dimiliki Indonesia, bahasa indonesia adalah bahasa persatuan kita.

Kalo mama Dian sendiri sih ngajarin Una bahasa Indonesia dengan membenarkan beberapa kata-kata dan tata bahasanya yang kadang masih suka kebolak-balik. Atau ada di satu kesempatan, Una suka nanya arti dari suatu kata bahasa Indonesia yang baru dia denger. 

Kaya kemarin, waktu ngerjain PR dari tempat lesnya. Tiba-tiba Una bilang "Mah ini nggak ada jawabannya.."
"Emang apa kak itu dibacanya?"
"Pena"
Ternyata ada dong gambar pulpen, untuk pasangan kata "Pena' tersebut. Terus Una nanya lagi "Pena itu ini ya mah?" Sambil nunjuk gambar labu.
"Emang itu gambar apa kak?"
"Pumpkin.. Pumpkin itu pena ya mah?"
Langsung mama Dian tepok jidat, duh gimana coba ya dia bisa nggak tau kalo pena itu nama lainnya pulpen dan pumpkin itu bahasa inggrisnya labu? Jadinya sekarang, setiap dia kenal satu kata dalam bahasa nggris, langsung deh mama Dian jelaskan artinya dalam bahasa Indonesia :D

3. Mengajarkan norma-norma kesopanan dan rasa toleransi

Indonesia itu sejak dulu terkenal banget dengan keramah tamahan penduduknya. Adat istiadat dan sopan santun yang bisa dibilang cukup berbeda dibanding negara-negara barat. Adat ketimuran yang kayanya sekarang udah banyak dicemari sama dedek-dedek gemes di Instagram, iya dedek istagram yang kemarin udah dipanggil ke KPI tapi isi feeds IG-nya masih nggak "bener" juga sampe sekarang. Generasi mereka jujur aja ngebuat aku khawatir sama gimana generasi jaman Una nanti?

Inget nggak sih sama klub sepakbola junior Indonesia yang bertanding di luar negeri dan salin satu-satu ke para wasitnya? Itu baru Indonesia banget. Sopan santun yang memang harusnya ditanamkan ke generasi penerus kita.

Emang rada capek sih ngingetinnya ke Una dan Abang untuk "Ayo salim dulu.." ke setiap tamu yang dateng ke rumah atau ketika berkunjung ke rumah orang lain. Atau sesimpel "Jangan lupa bilang permisi ya kakak kalo lewat di depan orang lain.." Hal-hal kecil tapi penting sih menurut aku untuk membentuk karakter yang baik ke depannya. 

Dan toleransi. Apakah karena Sumpah Pemuda sudah terlalu lama berlalu jadinya kita bisa mudahnya melupakan perbedaan yang menyatukan bangsa kita? Seperti menerangkan ke Una kalo nggak semua orang di lingkungan kita pergi ke mesjid, tapi ada juga yang pergi ke Gereja untuk ibadah. Nilai yang harus ditanamkan tentunya adalah, "Walaupun tempat ibadah kita beda, tapi kita tetep berteman, bertetangga dan bersaudara loh kak sama mereka.."

Tentunya masih banyak lagi hal-hal yang harus mama Dian ajarkan ke Una dan Abang mengenai persatuan dalam perbedaan yang terkandung dalam Sumpah Pemuda ya. PR aku sebagai orangtua tentunya masih banyaaaak banget untuk menjadikan Una dan Abaag anak Indonesia yang memiliki sopan santun yang baik serta memahami dan menghargai perbedaan pada negara kita ini.

Semoga semangat Sumpah Pemuda selalu mengalir kepada anak-anak bangsa ini ya, supaya kelak generasi penerus kita bisa lebih menghargai dan turut serta melestarikan budaya-budaya indonesia, lebih memiliki sopan santun khas Indonesia, dan selalu hidup rukun dan damai dalam perbedaan di Indonesia. Aaamiinn.  

4 komentar untuk "Mari Tanamkan Semangat Sumpah Pemuda Kepada Anak-Anak Kita"

  1. Iya, kemarin pas Hari Sumpah Pemuda, kan banyak tuh di siaran televisi...aku ceritain yang mudah aja ke Faiz. Bahwa pemuda-pemuda jaman dulu, berjuang untuk mempertahankan Indonesia. Hihii,

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iyaaa, kadang penjelasan-penjelasan kecil gitu keliatannya sepele, tapi bisa kita gunakan untuk memasukkan informasi ya mak ke benak anak-anak kita.. :)

      Hapus
  2. Nah..toleransi itu yang sepertinya sudah terkikis.. Sayangnya yang ngajari justru yang tua-tua ya Mba.. :(

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iyaaa, sedih ya mbak, rasanya rasa toleransi udah tipis banget ya jaman sekarang :(

      Hapus