Let Me Be Your Inspiration part.2 - Cerpen Cosmogirl! Januari 2013
“Jadi
ini adiknya Kak Janis yang selama ini kakak ceritain ke aku? Dia kan satu
sekolah sama aku kak.” Kata Darren
kepada Kak Janis.
“Loh
kalian udah kenal? Bagus dong …” Omongan kak Janis saat itu terputus karena
seseorang memanggilnya. “Eh, yaudah. Aku tinggal dulu ya. Seksi acara butuh
bantuan. Selamat mendekor guys!” Kemudian Kak Janis pun meninggalkan mereka
berdua. Dan Joan langsung merasa canggung saat itu juga.
"Jadi
gimana giginya kemarin? Udah baikan?" Tanya Darren santai.
"Maksudnya?"
Jawab Joan kaget.
"Kemaren,
waktu lo balik itu. Gara-gara sakit gigi kan?"
"Ngga. Eh
maksud gue, lo tau darimana?"
"Kemaren,
pas kita tabrakan. Gue kira lo luka sampe nangis gitu. Makanya gue ngejer lo ke
guru piket. Tapi katanya lo udah pulang gara-gara sakit gigi. Jangan-jangan lo
kemaren cuma mau cabut aja ya?" Darren terlihat mencurigai Joan.
"Eggak… sepenuhnya
bohong kok." Jawab joan sedikit ragu. Namun ia membenarkan alasan itu
dalam hatinya karena memang ia merasa sakit kemarin. Sakit hati atas perlakuan Glamorous padanya. Sedikit perasaan senang terselip karena
ternyata kemarin Darren mengkawatirkannya.
Tiba-tiba kak Janis
muncul di belakang mereka berdua." Jo, takutnya aku ada perlu apa-apa,
jadi handphone kamu aktifin ya…” Setelah
memberitahukan hal itu, Kak janis pun kembali ke pekerjaannya.
Joan dengan enggan mengambil ponsel dari dalam tas dan menyalakannya. seketika terdengar vibrate penanda banyaknya pesan dan telepon yang masuk. Joan membuka satu persatu kemudian menghela nafas panjang. Ia pun mengembalikan ponselnya ke dalam tas. Diam-diam Darren memperhatikan raut muka Joan yang mendadak murung.
"Jadi apa
yang mesti kita kerjain?" Tanya joan sambil melirik sketsa dekor yang
tengah dipegang darren.
"Jadi
gini.." Belom mulai menjelaskan, omongannya sudah terputus oleh bunyi ponsel
Joan.
"Sorry.."
Joan pun segera mengambil ponselnya. Setelah melihat layar ponselnya. Mukanya
mendadak kesal. Ia pun merejectnya,
lalu meletakkan ponselnya di atas meja. "Jadi gimana?" Tanya Joan
kepada Darren. Saat Darren belum mulai menjelaskan, kejadian yang serupa
terulang lagi. Joan pun mereject kembali
panggilan itu. Telepon itu masuk berulang kali dan berulang kali pula ia merejectnya.
"Angkat
dulu aja jo, gapapa kok."
"Ga penting kok."
"Glamorous ya? Kmrn
waktu lo balik buru-buru, mereka juga ngejer lo Jo, sampe ke meja piket. Lo ada
masalah ya sama mereka?"
Joan tiba-tiba
merasa kaget dan terganggu dengan pertanyaan Darren. Cowok ini terlalu mau
banyak tau. Tampang charming tapi
KEPO! Rutuk Joan dalam hati. "Masalah yang terjadi antara Glamorous dan gue sebenarnya adalah…"
Joan menghentikan sejenak ucapannya, dan menatap Darren dengan kesal.
"Bukan urusan lo!"
Kemudian
setelah itu, Joan merubah mode ponselnya menjadi silent dan no vibrate. Dan
meletakkannya kembali ke atas meja. Darren cukup kaget atas jawaban Joan tadi,
rasa bersalah pun mulai menghinggapi dirinya. Joan pun mempersilakan Darren
untuk melanjutkan penjelasannya tentang sketsa itu kembali. Keadaan seketika
berubah menjadi canggung dan kaku. Telepon tak berhenti masuk saat Darren
menjelaskan sketsa itu kepada Joan. Namun Joan mengacuhkannya. Sekilas Darren
melihat layar ponsel Joan. Call from
STRANGERS. Dengan foto Glamorous
sebagai caller IDnya.
*****
Acara
berlangsung sukses. Hari pun sudah hampir malam. Selesai membereskan panggung,
Joan merasa lelah sekali. Tapi ia merasa gembira hari ini, rasanya seperti mencharge lagi semangatnya yang hilang.
Setelah melihat tawa adik-adik panti dan merasakan indahnya berguna untuk
sesama, Joan jadi merasa seperti terlahir kembali.
Ditengah
lamunan dan senyumnya, Tiba-tiba Darren telah berada di belakangnya, menepuk
pundaknya dan menyodorkan sebuah kaleng softdrink.
Joan menyelidik tatapan Darren, apakah rasa keingin tahuan yang terlalu besar
masih merajainya saat itu. Kemudian ia mengambil softdrink itu dari tangan Darren lalu membukanya dan meminumnya.
"Thanks." Kata Joan.
"Never
mind. Eh sebenernya.." Darren tampak bingung bagainmana ia harus
melanjutkan kalimatnya.
"Soal
tadi.." Kata-kata itu terlempar dari mulut mereka berdua bersamaan.
"Biar gue
dulu Jo, gue minta maaf. Emang ngga seharusnya gue mau tau terlalu banyak. Gue
cuma ngekhawatirin keadaan lo aja sebenernya. Sorry.."
Ngekhawatirin?
Tanya joan dalam hati. "That's ok,
gue juga mau bilang maaf soal tadi. Enggak seharusnya gue bentak-bentak lo. Sorry ya.." Joan menatap Darren
yang berada di sampingnya.
"Eh gimana
kalo gue traktir lo makan, sebagai permintaan maaf gue. Sekalian nanti gue
anter lo balik.. Mau ya?" Tanya Darren dengan senyum termanisnya yang
biasanya hanya Joan kagumi dari jauh saat berada di sekolah.
"I think... I can't. Sorry. Gue tadi
kemari sepedaan sama kak Janis. Gue mesti balik bareng dia. So sorry dude.."
"Joan!"
Kak janis muncul dari jauh, mendatangi joan sambil setengah berlari. "Kamu
balik duluan aja ya. Kakak masi ada meeting. Nih kunci apartemen. Masih apal
jalannya kan? Ati-ati ya Jo!" Kemudian kak Janis kembali lagi ke dalam
panti sambil berlari. Meninggalkan Joan dan Darren yang saling berpandangan.
Darren langsung
mengambil langkah cepat. Melipat sepeda yang tadi Joan bawa dan memasukannya ke
mobilnya. Kemudian ia membukakan pintu mobil, mempersilakan Joan masuk. Dengan
sedikit kikuk Joan pun akhirnya menaiki mobil Darren.
*****
"Gimana
enak kan?" Tanya darren.
"Banget.
Makasi ya traktirannya." Joan mengunyah roti bakar keju coklat susu
miliknya. Harus diakui bahwa ini memang salah satu roti bakar terenak yang
pernah ia coba. Gerimis kecil memang sudah turun di tempat itu sejak tadi,
sebuah warung tenda roti bakar tak jauh dari apartemen kakaknya. Tempat,
suasana dan makanannya membuat Joan merasa nyaman. Suasana itu mendadak
terpecah oleh suara ponsel Joan yang berdering menandakan pesan masuk. Joan pun
mengambil ponselnya dan membacanya. Sekilas ia membacanya, menghela nafas pelan
dan melemparkan lagi ponselnya ke dalam tasnya.
"Eh,
disini ada satu hal lagi yang ngga kalah asik. Bentar yah." Darren segera
beranjak dari tempat duduknya meninggalkan Joan sendiri disana. Joan bingung, namun
kemudian ia memilih untuk meneruskan menghabiskan roti bakarnya dan meminum susu jahenya. Hingga ia tak menyadari
kedatangan Darren di depannya, bersama seorang pengamen bergitar yang sebaya
dengannya.
"Hi jo, this is for you.." Pengamen
itupun mulai memainkan gitarnya. Dan Darren pun mulai bernyanyi untuk Joan.
Sebuah lagu dari Bob Marley. "Don't
worry, 'bout a thing.. Cause every little thing. Is gonna be alright.."
Suaranya bagus, tapi gayanya dalam menyanyikan itu terlalu berlebihan dan enggak
banget menurut Joan. Semua orang di tempat itu memperhatikan Darren, dan
menjadikannya sebagai sarana hiburan malam itu. Beberapa orang pun turut asik
dalam lagunya dan ikut bertepuk tangan. Joan bingung, apakah ia harus senang
atau malu. Tapi wajah Darren yang terlihat sangat PD itu, memunculkan tawanya.
Pertunjukkan pun usai. Lagaknya seorang artis, Darren membungkukkan badannya di
hadapan semua orang. Ia pun kembali duduk. Orang-orang dibelakangnya masih
sedikit riuh atas penampilannya barusan. "Gimana? Oke gak?" Tanya
Darren.
"I'm... Speechless.. Balik yuk, malu
nih.." Sambil menahan tawa Joan pun mengambil tasnya dan segera menuju ke
parkiran. Disana ia tertawa terbahak-bahak.
"Hei,
segitu anehnya kah gue?" Darren yang terengah karena berlari mengejarnya,
masih penasaran atas pendapat Joan tentang aksinya tadi. Darren pun segera
membuka pintu dan mempersilakan Joan masuk. Di dalam mobil Joan masih belum
bisa menghentikan tawanya. Dan Darren terus memperhatikannya dengan bingung.
"Thanks Darr thats mean so much for me."
Joan mengucapkan itu sambil menghapus air mata yang sedikit merembes keluar
dari ujung matanya.
"Hei, are you okay..?" Darren
memegang pundak Joan.
"Yap, I think I'm just tired with yesterday.
Dan lo dateng ngehibur gue dengan cara yang ngga biasa, and I really-really appreciate it.
Thanks.."
"Gue
seneng lo bisa merasa terhibur malem ini.. Tenang Jo. Semua pasti bakal
baik-baik lagi kok.." Darren pun kemudian menjalankan mobilnya ke
apartemen kak Janis, mengantarkan Joan pulang.
Joan tengah
bersiap tidur ketika mendadak ponselnya berbunyi. Telepon dari Darren. Besok Darren
akan menjemputnya untuk berangkat bersama. Sesudah mengucapkan selamat malam
dan selamat tidur, saat Darren hendak mematikan teleponnya, mendadak Joan
menghentikannya. Tiba-tiba ia merasa perlu meminta pendapat Darren atas apa
yang terjadi antara dirinya dan Glamorous.
Dan Joan pun menceritakan semuanya kepada Darren.
*****
Joan sudah rapi
dengan seragam olahraganya dan telah berdiri selama 15 menit di lobby apartemen.
Mendadak Darren datang, sambil berlari terengah-engah. "Jo, sorry banget, mobil
gue mendadak mogok. Kita naik taksi aja yuk." Darren segera menarik Joan
pergi dari situ.
Joan yang
bingung, mendadak mendapatkan sebuah ide bagus. "Tunggu deh Darr, Mendingan
lo ikut gue sekarang…” Tiba-tiba Joan menarik tangan Darren dan mengajaknya
berlari menuju tempat peminjaman sepeda. "Kita naik ini aja.." Senyuman
ceria mandadak menghiasi wajah Joan. Mengingat sebentar lagi bel masuk
berbunyi, Darren merasa tak ada pilihan lain, ia pun mengikuti saran Joan
tersebut.
Pintu gerbang
sekolah hampir ditutup tepat ketika Joan dan Darren tiba di sana. "Pak
tunggu pak, belom telat kan kita. Masih kurang 30 detik nih." Kata Joan yang
terengah-engah sambil melirik jam di tangannya.
"Iya pak,
bukain dong pak. Please pak, ntar
rokok sebungkus deh pak." Sahut Darren merayu satpam sekolah itu.
"Ehem."
Mendadak Pak Kepala Sekolah muncul dibelakang satpam sekolah itu. "Ayo
cepat masuk, besok lebih pagi lagi ya." Sahut Pak Kepala Sekolah tegas.
Joan dan Darren
buru-buru mengayuh sepedanya sambil tak lupa mengucapkan terima kasih kepada Bapak
Kepala Sekolah itu.
*****
Istirahat
siang, Joan baru saja akan melarikan diri ke perpustakaan sekolah. Sebelum
sebuah suara yang begitu dikenalnya menghentikannya.
"Joan,
gigi lo udah baikan? Ya ampun kenapa kemaren pergi gitu aja jo.. Kita kan
khawatir.."
"Kemarin kita
tuh sampe nyamperin ke rumah lo jo. Tapi kata si bibi, lo ga dirumah. Lo
ngebuat kita bingung deh.."
"Yaudah
gapapalah, yang penting lo udah baikan kan jo. Ke kantin bareng yuk.."
Anne hendak menggenggam tangan Joan sebelum Joan memilih mundur selangkah dr
mereka.
"Sorry guys, enough for fake friendshipnya. And
thanks for everything ya.." Joan pun berbalik arah dan meninggalkan
mereka.
Namun Bian dan
yang lainnya segera mengejarnya dan menarik tangan Joan. "Maksud lo apa Jo?"
Sebelum Joan
sempat berbicara mendadak Darren muncul dibelakang mereka. "Sorry girls, bisa minggir bentar. Gue
mau nyulik my girl dulu, buat makan
bereng.. Permisi ya.." Mendadak Darren menarik lengan Joan dan membawanya
pergi dari situ. Meninggalkan Glamorous
yang terkejut atas kedekatan Joan yang tiba-tiba dengan the most charming guy di sekolah itu.
"Thank you ya Darr. Untung lo lewat sana
tadi. Yaudah gue mau ke kantin dulu ya.."
"Gue emang
mau ngajak lo ke kantin bareng kok..." Darren pun menggengam tangan Joan
dan menariknya untuk ke kantin bersamanya.
"Darren!"
Seseorang tiba-tiba berlari menghampiri mereka saat itu.
"Eh Ky, kenapa?"
"Lo
dipanggil ke ruang kepsek. Sama cewek disebelah lo juga. Sekarang ya.."
Dan Eky sang ketua osis pun segera pergi dari sana. Meninggalkan Joan dan Darren
yang saling berpandang-pandangan antara takut dan penasaran.
*****
Seminggu kemudian..
Darren
dan Joan sedang berdiri di lantai 2 sekolah, memperhatikan anak-anak yang
memasuki sekolah dengan sepedanya. Ya, sejak minggu ini Kepala Sekolah
menetapkan bahwa setiap Senin adalah hari ramah lingkungan. Dimana hanya sepeda
yang diperbolehkan masuk ke halaman sekolah, itu berarti para siswa tidak
diperkenankan menaiki mobil atau motor pribadinya. Seminggu yg lalu juga, Pak
Kepala Sekolah memanggil mereka berdua untuk meminta mereka menjadi duta ramah
lingkungan disekolahnya. Pak Kepala Sekolah berkata bahwa mereka berdua telah
menginspirasinya untuk membuat ide sehari ramah lingkungan di sekolahnya. Dan
kini Darren dan Joan sedang memeperhatikan pemandangan itu dari lantai dua
gedung sekolahnya.
“Finally, you be the inspiration..” Kata
Darren sambil menatap Joan.
“Iya..
Nggak nyangka yah. Ternyata menjadi inspirasi itu harus berawal dari hal yang positive terlebih dulu. Menjadi sebuah
inspirasi gak melulu tentang melakukan sebuah hal yang beda, but you must do something positive first.
Iya kan?” Joan menatap Darren dan tersenyum padanya.
“And don’t forget just be yourself..” Darren
pun tersenyum kepada Joan.
“Of course..” Joan pun tersenyum kepada
Darren dan kembali memperhatikan segerobol anak yang memasuki halaman sekolah
menggunakan sepedanya.
“Hei Jo, do you want to be my inspiration?”
“How?” Joan bertanya kembali pada Darren,
dengan wajah keheranan.
“Just be my girlfriend…” Darren pun
tersenyum dan menggenggam tangan joan perlahan. Dan Joan tidak menolak hal itu,
tangan Darren begitu hangat hingga menjalar ke dalam hatinya. Hari ini memang
penuh dengan ispirasi.. Joan tersenyum dalam diam, dan menggenggam tangan
Darren semakin erat.
Selesai
Posting Komentar untuk "Let Me Be Your Inspiration part.2 - Cerpen Cosmogirl! Januari 2013"
Terima kasih telah membaca Adriana Dian Blog❤︎ Wish you have a happy day!